Kamis, 09 Desember 2010

Dahsyat Kekuatan Mimpi

DAHSYAT KEKUATAN DI BALIK IMPIAN
Impian hari ini adalah kenyataan hari Esok, dan kenyataan hari ini adalah buah dari impian kita kemarin ( Syeikh Sayid Hasan Al Bana )
Pembaca yang budiman, rahimakumullah,
Ada tiga bentuk mimpi dalam kehidupan kita sebagai insan. Pertama mimpi kita ketika tidur, saya sebut bunga tidur, kedua, memimpikan kebahagian hidup, kesenangan, kesuksesan dan kejayaan, sebatas memimpikannya tidak mau bangkit untuk mengejar impian tersebut. Ketiga memimpikan kebahagian hidup dalam keadaan sadar dan segera bangkit mengejar impian tersebut dengan semangat. Mimpi yang ketiga ini lah yang akan dibahas dalam tulisan ini. Karena dengan mimpi yang ketiga manusia akan mempunyai cita-cita mulia sebagai realisasi orang-orang sukses.
Sewaktu kecil kita selalu ditanya “apa cita-citamu?”. Lalu kita akan menjawab sesuai dengan kehendak hati dan keinginan kita. Terkadang orang yang bertanya hanya diam, memberikan pujian, atau bahkan menertawakannya. Nah bagaimana dengan anak-anak kita di sekolah. Apakah mereka punya impian? Atau mereka tidakpunya impian sama sekali, bagaimana pentingnya membangun mimpi pada peserta didik kita, dan bagaimana cara agar mereka memiliki mimpi yang akan menjadi kenyataan. Karena dengan membuat impian pada mereka akan membangun realitas pada suatu waktukemudian. Sebagaimana diungkap Faiez, sang motivator kelas dunia asal Fakistan, “ Kita tidak pernah belajar mimpi, karena para guru, orang tua, dan para pemikir negative lainnya mempengaruhi kemampuan kita untuk bermimpi. Jika tidak ada mimpi maka tidak akan ada realitas, Setiap realitas dimulai dari mimpi, Mengapa orang begitu enggan untuk bermimpi, padahal mimpi itu tidak membutuhkan biaya apapun, bahkan sebaliknya bermimpi bisa memberikan begitu banyak manfaat”.
Sebagai seorang guru di sekolah, tugas kita adalah membangun mimpi pada peserta didik agar menjadi kenyataan, setiap anak memiliki impian masing-masing, jangan pernah mematikan segala cita-cita dan impian mereka. Jika diantara mereka tidak memiliki impian atau cita-cita masa depan, maka mereka harus dibantu dengan cara diberikan motivasi agar mereka memiliki impian. Karena peserta didik yang tidak memiliki impian masa depan diprediksikan sebagai anak yang minder, kurang percaya diri, bahkan mungkin sekedar menjalani hidup tanpa ada usaha. Masih ingatkah kita dengan sumpah palapa yang diucapkan Patih Gadjah Mada dalam keinginan mempersatukan wilayah nusantara sekarang Indonesia? Bukan pada saat itu terbukti menjadi kerajaan Majapahit yang makmur dan sejahtera?. Itu sebagai gambaran agar kita harus memiliki impian dan usaha yang maksimal untuk menggapai impiannya.
Bercerminlah pada diri kita sendiri, Tataplah telapak tangan Anda, bayangkan wajah Anda. Wajah Anda akan tampak semakin jelas di telapak tangan Anda. Coba lihat ekspresi wajah Anda. Jika kita tidak mampu melihatnya, maka belajarlah konsentrasi dan relaksasi, renungkanlah dalam-dalam. Mengapa semua ini terjadi? Apakah selama ini dalam mengarungi kehidupan mempunyai impian yang harus direalisasikan dan harus digapai? Jawaban ada pada diri kita masing-masing.
Mimpikanlah hal-hal besar dalam menggapai keberhasilan hidup. Jangan hanya memimpikan hal-hal yang sepele dan kecil. Sebab dengan impian yang sepele dan kecil kita akan mendapatkan sesuatu yang serba sepele dan serba kecil. Apapaun yang kita impikan akan tercapai bila kita benar-benar serius memimpikannya. Dengan memiliki impian, otak bawah sadar kita akan menuntun kita dalam menggapai impian.
Selamat menjalani mimpi dan merealisasikan impian dalam kehidupan nyata. Dan yang terpenting bagaimana seorang guru membangun mimpi peserta didik agar menjadi kenyataan dan mengajarkan peserta didik agar memiliki impian yang baik di masa depan. Bagaimana membangun dan memotivasi peserta didik agar memiliki impian, jika gurunya termasuk orang-orang yang gagal menurut dirinya dalam mengejar mimpi atau bahkan tidak memiliki impian yang baik. Hal ini tidak boleh terjadi dalam pendidikan di Indonesia bila kita punya cita-cita menjadi bangsa yang maju, menjadi bangsa yang dihormati bangsa-bangsa lain. Kesalahan dalam penangan pendidikan akan berakibat fatal dalam kehidupan ke depan. Sehingga arah dan metodologi pendidikan Indonesia harus selalu diperbaiki dan disempurnakan.
Allah Luck us always. Wassalam
Oleh Ruhyana

Minggu, 05 Desember 2010

Berkaca dari Abdullah Bin Saba oleh Ihat Solihat

Sahabat....
Masih ingat dengan tokoh sejarah Abdullah Bin Saba ? Ya...dialah tokoh antagonis yang dengan lidah berbisanya mengobok-obok tatanan masyarakat yang semula adem ayem,yang semula hidup tentram, menjadi bertikai dan tak saling kenal, dengan provokasinya juga masyarakat menjadi berantakan dan baku hantam.
Sahabat...
Kepandaian berhujjah, kepandaian beretorika dan kepandaian memilah dan memilih antara yang hak dan batil harus senantiasa dimiliki oleh kita, oleh kita yang mengemban tugas sebagai 'Agent Of Change', kita tidak ingin peristiwa masa lalu terulang lagi, peristiwa di mana masyarakat kita terjebak oleh mulut manis tapi berisi racun, Abdullah Bin Saba.
Sahabat...
Seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya ibarat satu bangunan, bagian yang satu mengokohkan bagian yang lain. Tidak ada lagi saling cela, tidak ada lagi saling hina, toleran adalah kunci utamanya, mungkin pendapat kita berbeda, selama tidak menyentuh aspek yang prinsip perbedaan itu biasa, dan bukankah perbedaan dalam kategori ini termasuk Rahmat ?
Sahabat...
Apabila datang seorang fasiq kepadamu membawa kabar berita, maka tabayyunlah (kroscek) jangan ditelan mentah-mentah, apalagi mempercayainya sepenuh hati, siapa tahu kabar yang dibawanya membawa kemadharatan untuk kita, untuk hidup dan kehidupan kita di masa kini dan masa yang akan datang.
Sahabat...
Hanya kepada Allah kita serahkan sepenuhnya urusan kita, sambil menyingsingkan lengan baju untuk terus memerangi Abdullah Bin Saba- Abdullah Bin Saba baru yang penyerangannya kepada kita semakin gencar, tidak terduga dan pantang menyerah....
Hasbunalloh Wa Ni'mal Wakiil, Ni'mal Maula Wa Ni'man Nashiir...

makalah Kriteria kebenaran filsafat ilmu by Ruhyana

olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
1
KRITERIA KEBENARAN
Sub. Bagian Dasar-dasar Pengetahuan
A. PENDAHULUAN
Kebenaran merupakan sesuatu yang krusial dalam kehidupan ini. Sering kali
dengan dalih sebuah kebenaran seseorang, kelompok, lembaga, atau bahkan negara akan
menghalalkan tindakan terhadap orang lain karena dianggap sudah melakukan tindakan
yang benar. Begitu pula dalam bidang pendidikan tidak mungkin seorang guru
melakukan pendidikan,dan pengajaran terhadap peserta didik jika tidak meyakini sebuah
kebenaran. Sebagaimana ilustrasi yang digambarkan Jujun S. Suriasumantri, yang
menggambarkan seorang peserta didik yang mogok tidak mau belajar walaupun orang
tuanya sudah merayunya, memberikan iming-iming hadiah, bahkan hukuman fisik agar
anaknya mau belajar matematika. Ketika ditelusuri alasan anak tersebut mogok belajar
karena seorang guru matematika di sekolahnya dianggap sebagai pembohong. Pada suatu
hari guru tersebut mengatakan bahwa 3+ 4 = 7, pada hari berikutnya 5+2 = 7, kemudian
pada hari lainnya 6+1 =7 dan seterusnya. Menurut pemikiran anak tersebut dengan
keterbatasan pikirannya, guru matematika yang mengajarnya tidak konsisten dengan apa
yang dikatakan sebelumnya, sehingga dianggap sebagai pembohong.1
Ilustrasi tersebut jika diuji materil kebenaran dengan pendekatan matematika
semua yang disampaikan guru matematika tersebut benar, akan tetapi keterbatasan
seorang peserta didik menganggap itu salah. Sehingga menimbulkan dampak-dampak
negatif maupun positif dalam kehidupan. Oleh karena itu bagaimana sesuatu dianggap
benar, dan apa yang menjadi kriteria kebenarannya. Kebenaran tidak mungkin berdiri
sendiri jika tidak ditopang dengan dasar-dasar penunjangnya, baik pernyataan, teori,
keterkaitan, konsistensi, keterukuran , dapat dibuktikan, berfungsi, dan bersifat netral
atau tidak netral, bahkan apakah kebenaran bersifat tentatif atau sepanjang masa?
1 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan,Cet.22.tahun 2010. H.55.
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
2
Untuk mencapai sebuah kebenaran ada beberapa tahapan yang harus dilalui,
baik itu rasional, hipotesa, kausalitas, anggapan sementara, teori, atau sudah menjadi
hukum kebenaran. Tahapan untuk mendapat kebenaran tersebut dapat dilihat dengan
menggunakan alat kajian filsafat, baik filsafafat Yunani, filsafat Barat, ataupun filsafat
Islam.
Oleh karena itu pemakalah akan membahas sekitar kriteria kebenaran ditinjau
dalam pendekatan filsafat sebagai salah satu bagian dari dasar-dasar pengetahuan.
Apakah itu kebenaran, bagaimana proses pengetahuan dianggap benar. serta bagaimana
mendapatkan kebenaran dengan berbagai macam pendekatan ilmiah. Paling tidak sebagai
pijakan kriteria kebenaran yang mana yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
B. POKOK BAHASAN
1. Pengertian Kebenaran
Kebenaran tertuang dalam ungkapan-ungkapan yang dianggap benar,
misalnya hukum-hukum, teori-teori, ataupun rumus-rumus filasafat, juga kenyataan
yang dikenal dan diungkapkan. Mereka muncul dan berkembang maju sampai pada
taraf kesadaran dalam diri pengenal dan masyarakat pengenal.
Sebelum mencapai kebenaran yang berupa pernyataan dengan pendekatan
teori ilmiah sebagaiamana kerangka ilmiah, akan lebih baik jika kita mengetahui
terlebih dahulu pengetauan ini bersifat logis, rasional tidak. Sebagaimana diungkap
Ahmad Tafsir dalam kerangka berfikir sebagai berikut:
Yang logis ialah yang masuk akal
Yang logis itu mencakup yang rasional dan supra-rasional
Yang rasional ialah yang masuk akal dan sesuai dengan hukum alam
Yang supra-rasional ialah yang masuk akal sekalipun tidak sesuai dengan hukum
alam.
Istilah logis boleh dipakai dalam pengertian rasional atau dalam pengertian supra
rasional.2
22 Frof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu,Bandung, Remaja Rosdakarya,2009, cet-4, h. 17
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
3
Dengan menggunakan istilah logis dan rasional sebagai bahan dasar dari
kebenaran dalam pengetahuan, maka kriteria kebenaran tidak dapat berdiri sendiri
sebagai hasil disiplin ilmu, akan tetapi sangat erat kaitannya dengan permasalahan yang
akan diselesaikan manusia dalam kehidupannya, baik masih berupa hipotesa ( dugaan
kebenaran sementara) sehingga menghasilkan teori, teori bisa menjadi hukum. Secara
garis besar Ahmad Tafsir menggambar skema permasalahan sampai menjadi kebenaran
secara teori sebagai berikut:3
Dengan melihat skema di atas, dapatlah dikatakan bahwa ketika ada masalah,
maka sebagai manusia yang serba ingin tahu akar masalah maka ada dugaan. Berangkat
dari dugaan maka ada anggapan sementara yang kita sebut hipotesa. Hipotesa ini
merupakan anggapan kebenaran sementara yang belum teruji secara teoritis. Hipotesa ini
ada karena adanya sebab akibat yang dapat dibenarkan secara rasional. Hipotesa yang
sudah diuji kebenaran dan terbukti kebenarannya maka menjadi teory misalnya dalam
33 Prof.Dr. Ahmad Tafsir, Ibid, h.35-36
dugaan hipotesa teori
Hukum/
aksioma
Belum diuji
kebenaran
Adanya sebab
akibat (rasional)
Diuji kebenaran
dan terbukti
Selalu benar
(bukti empiris)
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
4
teory tabularsa dalam pendidikan. Sedangkan suatu teori yang selalu benar secara
empiris maka naik tingkatannya menjadi aksioma atau hukum.
Beberapa definisi kebenaran dapat kita kaji bersama dari beberapa sumber,
antara lain, Kamus umum Bahasa Indonesia ( oleh Purwadarminta), arti kebenaran
yaitu: 1. Keadaan yang benar ( cocok dengan hal atau keadaan sesungguhnya), 2.
Sesuatu yang benar ( sunguh-sungguh ada, betul demikian halnya), 3. Kejujuran,
ketulusan hati, 4. Selalu izin,perkenan, 5. Jalan kebetulan.4
Imam Wahyudi, seorang dosen Filsafat Pengetahuan dan filsafat Ilmu UGM,
kebenaran dikelompokkan dalam tiga makna, yaitu kebenaran moral, kebenaran logis
dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasan etika, ia menunjukkan
hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis
menjadi bahasan epistemology, logika dan psikologi, ia merupakan hubungan antara
pernyataan dengan realitas objektif. Sedangkan kebenaran metafisik berkaitan dengan
yang ada sejauh berhadapan dengan akal budi, karena yang ada mengungkapkan diri
kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akal budi yang
menyatakannya.5
Menurut teori kebenaran metafisik/ontologis, kebenaran adalah kualitas
individual atas objek, ia merupakan kualitas primer yang mendasari realitas dan bersifat
objektif, ia didapat dari sesuatu itu sendiri. Kita memperolehnya melalui intensionalitas,
tidak diperoleh dari relasi antara sesuatu dengan sesuatu, misal kesesuaian antara
pernyataan dengan fakta. Dengan demikian kebenaran metafisis menjadi dasar
kebenaran epistemologis, pernyataan disebut benar kalau memang yang mau dinyatakan
itu sungguh ada.
Sedangkan menurut Noeng Muhajir, eksistensi kebenaran dalam aliran filsafat
yang satu berbeda dengan aliran filasafat lainnya. Positivisme hanya mengakui
kebenaran yang dapat ditangkap secara langsung atau tak langsung lewat indra.
Idealisme hanya mengakui kebenaran dunia ide, materi itu hanyalah bayangan dari dunia
4 Purwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia,
5 Imam Wahyudi, Refleksi Tentang Kebenaran Ilmu dalam Jurnal Filsafat, Desember 2004, Jilid 38, Nomor
3
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
5
ide. Sedangkan Islam berangkat dari eksistensi kebenaran bersumber dari Allah Swt.
Wahyu merupakan eksistensi kebenaran yang mutlak benar. Eksisitensi wahyu
merupakan kebenaran mutlak, epistemologinya yang perlu dibenahi, juga model logika
pembuktian kebenarannya. Model logika yang dikembangkan di dunia Islam adalah
logika formal Aristoteles dengan mengganti pembuktian kebenaran formal dengan
pembuktian materil atau substansial, dan pembuktian kategorik dengan pembuktian
probabilitas.6
Lebih jauh Noeng Muhajir menawarkan epistemology berangkat dari dua
postulat, pertama semua yang gaib ( Zat Allah, alam barzah, surga dan neraka) itu
urusan Allah, bukan kawasan ilmu, sedangkan alam semesta dengan beribu galaxy yang
terbentang di muka kita adalah kawasan ilmu yang dapat kita rambah. Kedua manusia
itu makhluk lemah dibanding kebijakan Allah, sehingga kebenaran mutlak dari Allah
tidak tertangkap oleh manusia.7
Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan
jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli
agama, telah memancing kemarahan pemuka agama, sehingga mereka meminta kepada
khalifah yang memerintah di Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai atheis.
Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al
Kindi dalam bukunya Falsafah El Ula (First Philosophy). Al Kindi menyatakan bahwa
kaum fakih tidak dapat menjelaskan kebenaran dengan sempurna, oleh karena
pengetahuan mereka yang tipis dan kurang bernilai (Haeruddin, 2003).8
Dengan melihat berbagai kajian tentang kebenaran sebagai dasar-dasar
pengetahuan, penulis berpendapat bahwa terdapat keanekaragaman kebenaran itu sendiri,
tergantung berangkat dari disiplin ilmu apa, pendekatan apa yang dipakai dalam
menentuan kebenaran, dan aliran filsafat apa yang dijadikan paradigm berpikir. Bagi
kalangan agama kebenaran yang berasal dari wahyu Allah adalah mutlak kebenarannya.
6 Prof. Dr. Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan Islam ( Filsafat dan Paradigma ), dalam buku Epistemologi
untuk Ilmu Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Jati Bandung, 1995. h.22.
7 Ibid.h. 22
o 8 Haerudin,
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
6
Sedangkan kebenaran hasil pemikiran manusia bersifat nisbi. Kebenaran dari wahyu
Allah tidak semua bersifat jelas dan gamblang, akan tetapi banyak informasi tentang
kebenaran yang mengarahkan kepada manusia untuk berfikir, memperhatikan, mengkaji
proses yang terjadi di alam ini, paling tidak jika tidak ada kebenaran yang absolut, maka
setidaknya pendekatan terhadap kebenaran itu sendiri.
Dengan menggunakan berbagai pendekatan kebenaran dalam mendapatkan
pengetahuan, maka dibutuhkan berbagai kriteria kebenaran yang disepakati secara
konsensus, baik dengan cara mengadakan penelitian atau mengadakan perenungan.
Dalam pendekatan ini dibedakan menjadi dua pendekatan kebenaran, yaitu kebenaran
ilmiah dan kebenaran non ilmiah. Kebenaran ilmiah akan dijelaskan secara rinci dalam
makalah ini. Sedangkan kebenaran non ilmiah juga ada di masyarakat, akan tetapi sulit
untuk dapat dipertanggungjawabkan secara kajian ilmiah. Kebenaran non ilmiah antara
lain:
o Kebenaran karena kebetulan : kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak
ditemukan secara ilmiah, tidak dapat diandalkan karena terkadang kita tertipu
dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan. Misalnya radio tidak ada suaranya,
dipukul, kemudian bunyi.
o Kebenaran karena akal sehat ( common sense): Akal sehat adalah serangkaian
konsep yang dipercaya dapat memecahkan masalah secara praktis. Contoh
kepercayaan bahwa hukuman fisik merupakan alat utama untuk pendidikan adalah
termasuk kebenaran akal sehat. Akan tetapi penelitian psikologi membuktikan hal
tersebut tidak benar, bahkan lebih membahayakan masa depan peserta didik.
o Kebenaran intuitif: kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa
menggunakan penalaran dan proses berpikir. Kebenaran intuitif sukar dipercaya
dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang berpengalaman
lama dan mendarah daging di suatu bidang.
o Kebenaran karena trial dan error: kebenaran yang diperoleh karena mengulangulang
pekerjaan, baik metode, teknik, materi, dan parameter-parameter sampai
akhirnya menemukan sesuatu. Hal ini membutuhkan waktu lama dan biaya tinggi.
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
7
o Kebenaran spekulasi : kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang
dipikirkan secara matang, dikerjakan penuh risiko, relative lebih cepat dan biaya
lebih rendah.
o Kebenaran karena kewibawaan : kebenaran yang diterima karena pengaruh
kewibawaan seseorang, bisa sebagai ilmuwan, pakar, atau orang yang memiliki
otoritas dalam suatu bidang tertentu. Kebenaran yang keluar darinya diterima
begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa benar bisa salah karena tanpa
prosedur ilmiah.
o Kebenaran agama dan wahyu : kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan
rasulnya. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tetapi
sebagian yang lain tidak. Manusia memiliki keterbatasan dalam menangkap
kebenaran dari Allah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Al-Qur`an
sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw diyakini
kebenarannya bagi kaum muslimin, tetapi tidak diyakini kebenaran bagi yang non
muslim. Begitu juga kebenaran pada kitab yang lainnya.
Dengan mengetahui kebenaran berdasarkan pendekatan non-ilmiah paling
tidak kita dapat membedakan segala kebenaran yang berada di masyarakat tersebut
tidak teruji secara ilmiah, sehingga sulit untuk dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Nah sekarang bagaimana kebenaran ditinjau dari pendekatan ilmiah.
2. Kriteria Kebenaran Ilmiah
Kriteria kebenaran sebagai dasar pengetahuan yang akan dibahas dalam
makalah ini, adalah kriteria kebenaran ilmiah dengan menggunakan beberapa
patokan dan pijakan yang dibuat para ahli sebelumnya. Kriteria kebenaran ini juga
tidak terlepas dari sejarah dan patokan apa yang dipakainya. Hal ini tidak terlepas
dari sifat kajian ilmiah, jika ada penemuan terbaru dalam bidang dan hal yang sama
dapat menggantikan penemuan sebelumnya. Dan ini juga tidak terlepas dari filsafat
manusia yang menghasilkan pada saat itu.
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
8
Menurut Roger yang dikutif Imam wahyudi, benar yang dipergunakan dalam
ilmu, agama, spiritualitas, estetika adalah sama namun semuanya tidak dapat diukur
dengan standar yang sama (incommensurable), tidak ada satupun yang benar-benar
menunjuk pada klaim bahwa suatu penyataan adalah benar dalam suatu makna kata,
namun salah pada makna lainnya. Misal kata ilmu penciptaan sebagai pemiliki
kebenaran menjadi bermakna keteraturan ( kosmos) diterima sebagai ilmiah , namun
tujuannya tidak ilmiah dan dua jenis kebenaran tersebut tidak sama.9
Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah, artinya suatu kebenaran
tidak mungkin muncul tanpa adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah.
Sebagai gambaran perhatikan tahapan dalam penelitian untuk mendapatkan
kebenaran berikut!
Dengan memperhatikan tahapan denah jika dikaji dari penelitian maka
kebenaran merupakan proses dari hasil ilmu pengetahuan dan sebelumnya telah
dilakukan penelitian. Maka dengan itu kaitan dengan bagaimana proses menghasilkan
kebenaran secara ilmiah yang sistematis, supaya dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah pula.
9 Imam Wahyudi, Refleksi tentang Kebenaran ilmu : Jurnal Filsafat, h. 257.
Penelitian
Ilmu
pengetahuan
kebenaran
proses
proses hasil
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
9
Secara metafisis kebenaran ilmu bertumpu pada objek ilmu, melalui penelitian
dengan dukungan metode serta sarana penelitian, maka diperoleh suatu pengetahuan.
Semua objek ilmu benar dalam dirinya sendiri, karena tidak ada yang kontradiksi di
dalamnya. Kebenaran dan kesalahan timbul tergantung pada kemampuan menteorikan
fakta.
Bangunan suatu pengetahuan secara epistemology bertumpu pada asumsi
metafisis tertentu, dari metafisis ini menuntut suatu cara atau metode yang sesuai untuk
mengetahui objek. Dengan kata lain metode yang dikembangkan merupakan konsekuensi
logis dari watak objek. Maka secara epistemology kebenaran merupakan kesesuaian
antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya yang
menjadi objek pengetahuan. Kebenaran terletak pada kesesuaian antara subjek dan objek
yaitu apa yang diketahui subjek dan realitas sebagaimana adanya. 10
Sebelum membicarakan kriteria kebenaran secara ilmiah, alangkah baiknya
kita melihat pada saat berkomunikasi, seseorang harus menyusun atau merangkai katakata
yang dimilikinya menjadi suatu kalimat yang memiliki arti. Contoh kalimat yang
tidak memiliki arti adalah: “5 mencintai 7.” Secara umum dapat dinyatakan bahwa
kalimat adalah susunan kata-kata yang memiliki arti yang dapat berupa:
_ Pernyataan, dengan contoh: "Pintu itu tertutup”,
_ Pertanyaan, dengan contoh: “Apakah pintu itu tertutup?",
_ Perintah, dengan contoh: "Tutup pintu itu!", ataupun
_ Permintaan, dengan contoh: "Tolong pintunya ditutup."
Dari empat macam kalimat tersebut, hanya pernyataan saja yang memiliki nilai
benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar atau salah. Meskipun para ilmuwan,
matematikawan, ataupun ahli-ahli lainnya sering menggunakan beberapa macam kalimat
tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka, namun hanya pernyataan saja yang menjadi
perhatian mereka dalam mengembangkan ilmunya. Alasannya, kebenaran suatu teori
ataupun pendapat yang dikemukakan setiap ilmuwan, matematikawan, maupun para ahli
10 Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Epistemologis, Kanisiusn Jakarta,
2002, h. 66
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
10
lainnya seperti ulama sebagai ahli agama merupakan suatu hal yang akan sangat
menentukan reputasi mereka. Karenanya, setiap ilmuwan, matematikawan, ataupun ahliahli
lainnya akan berusaha untuk menghasilkan suatu pernyataan atau teori yang benar.
Suatu pernyataan (termasuk teori) tidak akan ada artinya jika tidak bernilai benar.
Karenanya, pembicaraan mengenai benar tidaknya suatu kalimat yang memuat suatu teori
telah menjadi pembicaraan dan perdebatan para ahli filsafat dan logika sejak dahulu kala.
Beberapa nama menurut Yuyun S Suriasumantri yang patut diperhitungkan karena telah
berjasa untuk kita adalah Plato (427 – 347 SM), Aristoteles (384 - 322 SM), Charles S
Peirce (1839 - 1914), dan Bertrand Russell (1872 - 1970).11 Paparan berikut akan
membicarakan tentang kebenaran, dalam arti, bilamana suatu pernyataan yang dimuat di
dalam suatu kalimat disebut benar dan bilamana disebut salah. Untuk menjelaskan
tentang kriteria kebenaran ini perhatikan dua kalimat berikut:
a. Semua manusia akan mati.
b. Jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 180°.
Pertanyaannya, dari dua kalimat tersebut, kalimat manakah yang bernilai benar
dan manakah yang bernilai salah. Pertanyaan selanjutnya, mengapa kalimat tersebut
dikategorikan bernilai benar atau salah, dan bilamana suatu kalimat dikategorikan sebagai
kalimat yang bernilai benar atau salah. “Semua manusia akan mati,” merupakan suatu
pernyataan yang bernilai benar karena kenyataannya memang demikian. Artinya, kalimat
yang menyatakan bahwa semua manusia akan mati tersebut adalah sesuai atau cocok
dengan keadaan yang sesungguhnya, yaitu sejak jaman dahulu kala sampai saat ini, setiap
makhluk hidup yang bernama manusia akan mati. Tidak hanya itu, tidak dapat
ditunjukkan akan adanya orang (bahkan hanya satu orangpun)yang bersifat kekal atau
abadi. Pernyataan a) bernilai benar karena pernyataan itu melaporkan, mendeskripsikan
ataupun menyimpulkan kenyataan atau fakta yang sebenarnya. Pernyataan a) tersebut
akan bernilai salah jika sudah ditemukan suatu alat atau obat yang sangat canggih
sehinggaakan ada orang yang tidak bisa mati lagi. Sedangkan pernyataan b) bernilai
benar karena pernyataan itu konsisten atau koheren ataupun tidak bertentangan dengan
11Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu sebuah pengantar popular,Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, cet ke-
22. H. 57.
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
11
aksioma yang sudah disepakati kebenarannya dan konsisten juga dengan dalil atau
teorema sebelumnya yang sudah terbukti. Itulah sekilas tentang teori korespondensi dan
teori koherensi yang memungkinkan kita untuk dapat menentukan benar tidaknya suatu
pernyataan.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Suriasumantri menyatakan bahwa ada
tiga teori yang berkait dengan kriteria kebenaran ini, yaitu: teori korespondensi, teori
koherensi, dan teori pragmatis. Namun sebagian buku hanya membicarakan dua teori
saja, yaitu teori korespondensi dan teori koherensi karena pragmatism dijadikan sebagai
pelengkap dua teori tersebut. Sehingga pembicaraan kita hanya berkait dengan dua teori
tersebut.
Kriteria kebenaran menurut Jujun S. Suriasumantri menggunakan dua teori
kebenaran yaitu terori koherensi dan teori korespondensi. Teori koherensi adalah suatu
teori yang menyimpulkan suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut
bersifat kehoren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Bila kita mengganggap bahwa semua manusia pasti akan mati adalah suatu pernyataan
yang benar, maka penyataan bahwa si pulan adalah seorang manusia dan si pulan pasti
akan mati adalah benar pula, karena pernyataan kedua adalah konsisten dengan
pernyataan pertama. Teori lainnya adalah teori korespondensi dengan tokohnya Bertrand
Russel (1872-1970 ), pernyataan dianggap benar jika materi yang dikandung pernyataan
itu berkorespondensi ( berhubungan ) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Misalnya Jika “ Ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta” merupakan pernyataan
yang benar sebab pernyataan tersebut faktual yaitu Jakarta sebagai ibu kota Republik
Indonesia. Dan sekiranya ada orang yang menyatakan “ Ibu kota Republik Indonesia
adalah Bandung , maka pernyataan tersebut tidak benar.12
Teori korespondensi ini menurut Abbas merupakan teori kebenaran yang
paling awal, sehingga dapat digolongkan kepada teori kebenaran tradisional, karena
12 Ibid
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
12
Aristoteles sejak awal ( sebelum abad modern ) mensyaratkan kebenaran pengetahuan
harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya.13
Akan tetapi teori korespondensi ini bukan juga termasuk teori yang sempurna
tanpa kelemahan, karena dengan mensyarakatkan kebenaran harus sesuai dengan
kenyataan, maka dibutuhkan penginderaan yang akurat, nah bagaimana dengan
penginderan yang kurang cermat atau bahkan indra tidak normal lagi? Disamping itu juga
bagaimana dengan objek yang tidak dapat diindra atau non empiris? Maka dengan teori
korespondensi objek non empiris tidak dapat dikaji kebenarannya.
Bagaimana dengan teori kebenaran koherensi ? Teori kebenaran koherensi
yang berpandangan bahwa pernyataan dikatakan benar bila terdapat kesesuaian antara
pernyataan yang satu dengan pernyataan terdahulu atau lainnya dalam suatu system
pengetahaun yang dianggap benar. Sebab sesuatu adalah anggota dari suatu system yang
unsur-unsurnya berhubungan secara logis. Maka teori kebenaran ini termasuk teori
kebenaran tradisional menurut Imam wahyudi.14 Kelemahan dari teori koherensi ini
terjebak dalam validitas, di mana teorinya dijaga agar selalu ada koherensi internal.
Suatu pernyataan dapat benar dalam dirinya sendiri, namun ada kemungkinan salah jika
dihubungkan dengan pernyataan lain di luar sistemnya. Hal ini dapat mengarah kepada
relativisme kebenaran.
Kedua teori inilah yaitu teori koherensi dan korespondensi yang dipergunakan
dalam cara berfikir ilmiah untuk mendapat kebenaran ilmiah. Penalaran teoritis yang
berdasarkan logika deduktif jelas mempergunakan teori koherensi ini. Sedangkan proses
pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta yang mendukung
suatu pernyataan tertentu menggunakan teori kebenaran yang lain yaitu kebenaran
pragmatis.
13 H.M. Abbas, “Kebenaran Ilmiah” dalam: Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, Intan Pariwara, Yogyakarta, 1997. H. 87
14 Imam Wahyudi, Op.Cit. h. 256
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
13
Teori pragmatis menurut Jujun S. Suriasumantri bukan merupakan aliran
filsafat yang mempunyai doktrin-doktrin filsafati melainkan teori dalam penentuan
kebenaran. Dimana kebenaran suatu pernyataan diukur dengan apakah pernyataan
tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya suatu penyataan adalah
benar , jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia.15
Kriteria kebenaran pragmatisme ini dipergunakan para ilmuwan dalam
menentukan kebenaran ilmiah dalam persepekstif waktu. Secara historis pernyataan yang
sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian. Dihadapkan dengan
permasalahan ini maka ilmuwan bersifat pragmatis, selama pernyataan itu fungsional dan
mempunyai kegunaan maka pernyataan itu dianggap benar, dan sekiranya pernyataan itu
tidak lagi bersifat demikian disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri yang
menghasilkan pernyataan baru, maka pernyataan itu ditinggalkan.
Menurut Rohmat Mulyana, Tidak dapat dipungkiri bahwa metode ilmiah (
scientific methods) merupakan cara yang handal untuk menemukan kebenaran ilmiah.
Tingkat kebenarannya yang logis empiris membuat metode ilmiah mengembangkan ilmu
pengetahuan yang semakian lama semakin maju. Bukti dari kemajuan ilmu adalah
banyaknya teori baru yang semakin canggihnya teknologi. Akan tetapi semakin
berkembangnya ilmu alam dan ilmu sosial serta ilmu-ilmu lainnya, tidak jarang
melahirkan spesialisasi yang berlebihan. Sebagai missal, Biologi berkepentingan untuk
meneliti manusia sebagai suatu organisma, bukan sebagai makhluk yang berbudaya,
begitu pula ilmu Ekonomi berkepentingan dengan peningkatan kesejehateraan manusia,
bukan pada peran manusia sebagai makhluk yang memiliki perasaan keagamaan. Dengan
keterbatasan seperti itu membuat ilmu pengetahuan tidak dapat merangkum seluruh
pengalaman, pengetahuan, cita-cita , keindahan dan kasih sayang yang terdapat dapat diri
manusia. Hal ini menjelaskan bahwa tidak semua urusan manusia dapat dipecahkan
15 Ibid. h. 59
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
14
melalui pendekatan ilmiah, melainkan harus dibantu oleh filsafat dan agama yang dapat
menjangkau kebenaran pada wilayah yang logis dan supra logis.16
Pendekatan kebenaran ilmiah melalaui penelitian ilmiah dan dibangu atas teori
tertentu. Teori itu berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang sistematik
dan terkontrol berdasarkan atas data empiris. Teori itu dapat dites ( diuji) dalam hal
keajegan dan kemantapan internalnya. Artinya jika jika penelitian ulang orang lain
menurut langkah-langkah sama akan yang serupa pada kondisi yang sama akan
memperoleh hasil yang ajeg ( consisten) atau koheren dengan sebelumnya. Pendekatan
ilmiah ini menurut Sumardi Suryabrata, akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi
hampir setiap orang, karena pendekatan yang digunakan tidak diwarnai oleh keyakinan
pribadi, bias, dan perasaan, penyimpulan bersifat objektif bukan subyektif. Atau
kebenaran ilmiah terbuka untuk diuji oleh siapapun yang menghendaki untuk
mengujinya.17
Pendekatan pada kebenaran dalam ilmu alam adalah pendekatan terhadap
sesuatu di luar pengenal, oleh karena itu memungkinkan dicapainya “keadaan yang
sebenarnya” dari objek pengetahuan walaupun tetap memungkinkan adanya pengaruh
dari pengenal. Objektivitas dalam ilmu-ilmu sosial sulit dicapai karena adanya
hubungan timbal balik yang terus-menerus antara subjek pengenal dan objek yang
dikenal.
Kebenaran ilmiah pada akhirnya tidak bisa dibuat dalam suatu standard yang
berlaku bagi semua jenis ilmu secara paksa, hal ini terjadi karena adanya banyak jenis
dalam pengetahuan. Walaupun ilmu bervariasi disebabkan karena beragamnya objek dan
metode, namun ia secara umum bertujuan mencapai kebenaran yang objektif, dihasilkan
melalui konsensus. Kebenaran ilmu yang demikian tetap mempunyai sifat probabel,
tentatif, evolutif, bahkan relatif, dan tidak pernah mencapai kesempurnaan, hal ini terjadi
16 Dr. Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta, 2004, cet-2.,h.74
17 Drs.Sumardi Suryabrata, BA,MA,Ed.S., Ph.D, Metodologi Penelitian, Jakarta, Raja Grafindo
Persada,1983, h. 6.
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
15
karena ilmu diusahakan oleh manusia dan komunitas sosialnya yang selalu berkembang
kemampuan akal budinya.
C. PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami susun semaksimal kemampuan kami dengan
mengambil dan mengkaji serta menganalisa materi tentang kriteria kebenaran sebagai
sub bagian dasar pengetahuan dalam Filsafat ilmu dari referensi yang tersedia. Penulis
sangat terbuka terhadap kritikan demi perbaikan makalah ini. Jazakallahu khairan
kasiran.
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
16
Daftar Pustaka
Abbas, H.M. 1997 “Kebenaran Ilmiah” dalam: Filsafat Ilmu Sebagai Dasar
Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Intan Pariwara, Yogyakarta,
Al-Thoumy Al-Syaibany, Omar Mohammad,1979, Prof.Dr., Falsafah Pendidikan Islam,
Jakarta, Bulan Bintang, cet-1.
Arikunto, Suharsini, Prof.Dr.,2006, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik,
Jakarta, Rineka Cipta.
Bertrand Russel, 2007, Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, cet-3.
Keraf ,Sonny dan Mikhael Dua,2002, Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan
Epistemologis, Kanisiusn Jakarta
Miarso, Yusuf Hadi, Prof. Dr.,2004, Menyemai Benih Pendidikan, Jakarta, Pustekom
Diknas.
Mulyana, Rohmat , Dr., 2004, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta,
cet-2
Sudarto, Drs. M.Hum, 2002, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, Cet. 3.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Prof. Dr., Metode Penelitian Pendidikan, Bandung,
Remaja Rosdakarya dan Pasca Sarjana UPI.
Suriasumantri, Jujun.S.,2010, Filsafat Ilmu sebuah pengantar Populer, Jakarta, Pustaka
Sinar Harapan, cet.22.
Suryabrata, Sumardi, Drs.BA,MA,Ed.S.,Ph.D, 2010, Metodologi Penelitian, Raja
Grafindo Persada.
Tafsir, Ahmad, Prof. Dr, 2009, Filasafat Ilmu, Bandung, Remaja Rosdakarya
Tafsir , Ahmad, Dr., 1995, Epistemologi untuk ilmu pendidikan Islam, Bandung,
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati.
Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia
Pasca Sarjana UIN SGD Bandung, 2010, Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi
Wahyudi, Imam, 2004, Refleksi Tentang Kebenaran Ilmu dalam Jurnal Filsafat,
Desember, Jilid 38, Nomor 3,
www. Filsafat-Ilmu. Blogspot. Com.
www. Forumkami.com
olehruhyana@yahoo.co.id/ makalah filsafat ilmu 5
17
KRITERIA KEBENARAN
Sebagai bagian Dasar Pengetahuan
MAKALAH
Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Dadang Kahmad, M.Si
Disusun oleh:
OLEH RUHYANA
NIM. 2.210.9.098
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2010

Minggu, 28 November 2010

pengantar ulum al hadis

1
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
TA’RIF ISTILAH HADITS
A. Pendahuluan
Hadits dalam hukum Islam merupakan sumber hukum kedua setelah Al
Quran, oleh karenanya seorang muslim dituntut paling tidak menguasai dan
mempelajari hadits sebagai peninggalan Rasulullah SAW yang harus dijadikan
pegangan setiap muslim dalam melangkah selain Al Quran.
!$tΒuρ ãΝä39s?#u ãΑθß™§9$# çνρä‹ã‚sù $tΒu ρ öΝä39pκtΞ çμ÷Ψtã (#θßγt ( 4 FΡ$$sù
Apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. (QS. Al Hasyr : 7)
Ilmu Hadits sangatlah penting untuk dipelajari oleh setiap muslim, sebab
dengan ilmu tersebut kita bisa mengetahui keadaan suatu Hadits. Al-Qur-an lebih
butuh kepada Sunnah daripada Sunnah butuh kepada Al-Qur-an, dan Sunnah yang
shahih tidaklah dapat diketahui kecuali dengan mengetahui Hadits-hadits
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam! Dengan demikian, ilmu hadits memiliki
peranan sangat penting dalam menjalani agama ini.
Hadits adalah pensyarah yang menjelaskan kemujmalan (keglobalan) Alqur’an.
Misalnya di dalam Al-qur’an ada perintah untuk mengerjakan sholat, akan
tetapi di dalamnya tidak dijelaskan bagaimana cara mengerjakan sholat. 1 Semua
hukum-hukum yang berkaitan dengan sholat seperti waktu sholat, rukun-rukun
sholat, gerakan-gerakan sholat, pembatal-pembatal sholat, dan hukum-hukum
lainnya dapat kita temukan penjelasannya di dalam Hadits Rasulullah
shollollahu’alaihiwasallam.
1 Lihat Sejarah Pengantar Ilmu Hadits, M. Hasbi Ash Shiddieqy, hlm26.
2
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
Ulumul Hadits atau Ilmu hadits diperlukan untuk membedakan tingkatantingkatan
hadits, serta memilah kualitas hadits sehingga kaum muslimin tidak
terjebak mengamalkan hadits-hadits dhoif atau bahkan maudhu, yang tentunya
malah menimbulkan penyimpangan ibadah yang tidak bernilai disisi Allah SWT.
Untuk memahami Ulumul Hadits secara mendalam, terlebih dahulu kita
harus mengetahui apa yang dimaksud Ta’rif Istilah Hadits. Makalah ini berusaha
membahas tentang Ta’rif Istilah Hadits baik secara etimologi maupun
terminologi, sehingga memberi gambaran tentang hal-hal yang berkaitan dengan
Ulumul Hadits.
B. Ta’rif Istilah Hadits
Untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman, Ta’rif Istilah
Hadits bisa ditinjau dari segi etimologi dan terminologi, sehingga
pembahasan Ta’rif Istilah Hadits lebih lengkap.
1. Tinjauan Etimologi
Secara etimologi menurut Hasbi Ash Siddqy, Hadits mempunyai
beberapa arti,: Jadid (lawan qadim) yang berarti ‘sesuatu yang baru’atau
Qarib artinya yang dekat; atau berarti Khabar, yang berarti Warta, Dari
makna inilah diambil perkataan “hadits Rasulullah” sehingga haditshadits
dari Rasul dikatakan “ahaditsu’l Rasul” tak pernah dikatakan
“hudtsanu’l Rasul” sebagaimana tidak pernah disebutkan “uhdutsatu’l
rasul” .2
Dalam Alqur’an Allah memakai kata hadits dengan arti khabar,
seperti terdapat pada ayat ke-44 Surat Al Mu’minun berikut:
2 Hasbi Ash-Shiddeqy. Ibid.
3
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
§ΝèO $uΖù=y™ö‘r& $oΨn Νåκ|Õ÷èt/ $oΨ÷èt7ø?r'sù 4 çνθç/¤‹x. $oλé;θß™§‘ Zπ¨Βé& u!%y` $tΒ ¨≅ä. ( #uŽøIs? =ß™â‘
$VÒ÷èt/ öΝßγ≈o Ψù=y èy_uρ y]ƒÏŠ%tnr& 4 #Y‰÷èç7sù 5Θöθs ∩⊆⊆∪ tβθãΖÏΒ÷σムāω )jÏ9
Artinya:
Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) Rasul-rasul Kami
berturut-turut, tiap-tiap seorang Rasul datang kepada umatnya,
umat itu mendustakannya, Maka Kami perikutkan sebagian mereka
dengan sebagian yang lain dan Kami jadikan mereka buah tutur
(manusia), Maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak
beriman
Pada ayat 3 Surat At Tahrim Allah juga memakai kata hadits dengan
makna khabar,
øOEÎ)uρ §Ž|€r& ÷É<¨Ζ9$# 4’n<Î) ÇÙ÷èt/ ÏμÅ_≡u ρø—r& $ZVƒÏ‰tn $£ϑn
=s
ù ôNr'¬7tΡ ÏμÎ/ çνt yγøßr&uρ ª!$# Ïμø‹n
=t
ã
t∃¡tã …çμŸÒ÷èt/ uÚ{ôãr&uρ .t ã <Ù÷èt/ ( $£ϑn=s ù $yδr'¬6tΡ ÏμÎ/ ôMs9$s% ôt Β x8r 't7/Ρr & #x‹≈y ( δ
tΑ$s% u’ÎΤr'¬7tΡ ÞΟŠÎ=y ∩⊂∪ 玍Î6y‚ø9$# èø9$#
Artinya:
Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah
seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah)
menceritakan Peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan
hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu
Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah
kepadanya) dan Menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah).
Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah
dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah
memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah
diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal."3
Berdasarkan penjelasan di atas, secara etimologi hadits berarti suatu
berita, khabar, informasi, komunikasi, warta tentang sesuatu. Tentunya
3 Al Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV.Toha Putra. 1989.
4
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
makna-makna ini dilihat secara tekstual dan denotatif makna kata hadits
itu sendiri.
2. Pengertian Istilah Hadits
Di kalangan para ulama, terjadi perbedaan dalam mendefinisikan
‘hadits’. Perbedaan ini karena perbedaan luas objek tinjauan masin-masing
baik itu Ulama hadits, Ulama Ahli Ushul Fiqih dan Fuqaha.
Menurut Ulama Hadits, ‘hadits’ adalah pemberitaan segala sesuatu
dari Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifatsifat
dan hal ihwal.4
Ulama Ushu Fiqih mendefinisikan ‘hadits’ adalah segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi SAW selain Al Qur’an al Karim, baik
berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir Nabi yang bersangkut paut
dengan Hukum Syara’5
Adapun Fuqaha mengartikan ‘hadits’ adalah segala sesuatu yang
ditetapkan Nabi SAW yang tidak bersangkut paut dengan masalahmasalah
fardlu atau wajib.6
Menurut ahli ushul hadits bahwa yang dinamakan hadits adalah
sesuatu yang bersangkut paut dengan hukum, sehingga sesuatu yang tidak
terkait dengan hukum bukan hadits. Hal ini tertuang dalam pengertian
hadits berikut:


َ
ر و وأ
ا أ
“segala perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir Nabi yang
bersangkut paut dengan hukum.”
Menurut Jumhuru’l Muhadditsin, yang dimaksud Hadits adalah:
4 Muhammad Ajaj al Khatib, Al Sunnah Qabla al Tadwin, Kairo, Maktabah, 1975 hlm. 19
5 Muhammad Ajaj al Khatib, ibid
6 Muhammad Ajaj al Khatib, ibid
5
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
ه ا أو
أو ! أو "
#$
%&' أ
“Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik
berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan yang sebagainya.
Ta’rif ini mengandung empat unsur yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW yakni:
a. Perkataan
b. Perbuatan
c. Pernyataan
d. Sifat-sifat atau keadaan-keadaan Nabi Muhammad SAW
a. Perkataan
Yang dimaksud dengan perkataan Nabi Muhammad SAW ialah
perkataan yang pernah beliau ucapkan dalam berbagai masalah seperti
bidang hukum/syari’at, akhlaq, ‘aqidah, pendidikan dan sebagainya.
Contoh:
) &
- / ى ( ئ ا * ت وا & ل -" ا ا
“Bahwasannya amal-amal perbuatan itu dengan niat, dan bahwasannya
seseorang itu akan memperoleh apa yang diniatkan...” (HR. Bukhori-
Muslim)
Contoh lain;
Sabda Nabi Muhammad SAW yang mendidik manusia agar rela
meninggalkan pekerjaan yang tidak bermanfaat demi pembentukan
pribadi muslim yang sempurna:
رى) 7$ (ا &
" آ ء م ا !4 ا 56 5
6
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
“Termasuk hal yang dapat menyempurnakan keislaman seseorang
ialah kerelaannya untuk meninggalkan apa yang tidak berguna. (HR.
Bukhori)
b. Perbuatan
Perbuatan Rosulullah SAW merupakan praktik nyata terhadap
syariat yang belum jelas pelaksanaannya. Perbuatan ini sering disebut
dengan Sunnah Fi’liyah. Seperti perbuatan Rosulullah ketika sholat di
atas kendaraan dan cara menghadap kiblat, yang dipraktikkan di
hadapan para sahabatnya.
89: ;&
را #
- #
<

= ل ا 4 ن ر آ
رى) 7$ (ا ?
$ ا *$ 4 ل @ ?A
/ داأرادا
Artinya:
Konon Rosulullah SAW bersembahyang di atas kendaraan
(dengan menghadap qiblat) menurut kendaraan itu menghadap.
Apabila beliau hendak sembahyang fardlu, beliau turun
sebentar, terus menghadap qiblat.” (HR. Bukhori) 7
Namun demikian tidak semua perbuatan Rosul merupakan
sunnah yang harus dijalankan ummatnya. Ada tindakan-tindakan yang
khusus diberikan dispensasi kepada Rosul seperti bolehnya Rosul
mengawini wanita lebih dari 4 orang, atau mengawini wanita tanpa
maskawin. Hal ini hanya berlaku khusus untuk Rosul bukan untuk
ummatnya. Hal ini ditegaskan oleh Allah:
7 Lihat Fatchur Rahman, Ikhtiar Mustholahul Hadits, hlm. 8
7
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
Zοr &z÷ö4$#uρ ºπoΨÏΒ÷σ•Β βÎ) ôMt7yδuρ $pκ|¦ø-tΡ ÄcÉ<¨Ζ=Ï9 ÷βÎ) yŠ#u ‘r& ÷É<¨Ζ9$# βr& $uηy sÅ3ΖtFó¡o„
3 tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# Èβρߊ ÏΒ y7©9 Zπ|ÁÏ9%s{
“Dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi
kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan
untuk semua orang mukmin. (QS. Al Ahzab 50)
Di sisi lain dalam urusan keduniaan, seperti perdagangan,
pertanian, taktik perang, Rosul menyerahkan urusan-urusan tersebut
kepada ummatnya dengan ucapan beliau “Kamu lebih tahu urusan
keduniaannmu”
c. Taqrir
Yang dimaksud dengan Taqrir Nabi adalah keadaan beliau
mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang
telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau.
Termasuk taqrir adalah perbuatan beliau yang menerangkan dan
menguatkan perbuatan sahabat dalam mengambil ijtihad, ketika
sahabat bersembanhyang ashar di Bani Quraidhah 8. Nabi bersabda:
?C
# # " ا آD ا 5&
<
"
“Janganlah seorang kamu bersembahyang, melainkan di Bani
Quraidhah.”
Contoh taqrir Nabi yang lain adalah tentang perbuatan salah
seorang sahabat yang bernama Khalid bin Walid dalam suatu jamuan
makan dengan sajian daging biawak. Tindakan Khalid yang makan
daging biawak disaksikan oleh Nabi SAW dan Beliau tidak menegur
atau menyanggahnya.
8 Hasbi Ash Shiddieqy, op.cit. hlm27.
8
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah di samping adanya
syarat bahwa perkataan atau perbuatan yang dilakukan oleh sahabat itu
tidak mendapat sanggahan/teguran dari Nabi SAW selama masih
hidup, juga orang yang melakukan adalah orang yang taat kepada
agama Islam. Karena diamnya Nabi SAW terhadap
perkataan/perbuatan orang kafir atau orang munafiq bukan berarti
memberi persetujuan.
d. Sifat-sifat, keadaan-keadaan dan himmah (hasrat) Rasulullah SAW
Sifat-sifat dan keadaan Nabi SAW yang termasuk unsur hadits, adalah:
1) Sifat-sifat Nabi SAW yang dilukiska oleh para sahabat dan ahli
tarikh, seperti sifat-sifat dan bentuk jasmaniah beliau dilukiskan
oleh sahabat Annas r.a. sebagai berikut:
E&
F 9 6 وأ 9: س و ا 56 أ
= ل ا 4 ن ر آ
&< " و *
H
“Rosulullah itu adalah sebaik-baik manusia mengenai paras
mukanya dan bentuk tubuhnya. Beliau bukan orang tinggi dan
bukan pula orang pendek.” (HR. Bukhary-Muslim) 9
2) Silsilah-silsilah, nama-nama dan tahun kelahiran yang telah
ditetapkan oleh para sahabat dan ahli tarikh, seperti kelahiran
Rosul yang dikenal dengan tahun gajah.
3) Himmah (hasrat) Rosul yang belum sempat direalisasikan pada
masa hidup Rosul. Seperti hasrat Rosul untuk berpuasa pada
tanggal 9 ‘Asyura, tetap Rosulullah SAW wafat sebelum
menjalankan puasa tersebut.
Dalam hal menjalankan hadits himmah (hammiyah), para ulama
berbeda pendapat:
9 Fathur Rahman, Ikhtisar Mustholahul Hadits, hlm 11
9
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
- Imam Syafi’i berpendapat bahwa disunnatkan untuk
menjalankan himmah Rosul karena ia termasuk salah satu
bagian sunnah yakni sunnah hammiyah.
- As Syaukany justru berpendapat lain, himmah atau hamm
adalah kehendak hati yang belum dilaksanakan dan bukan
termasuk sesuatu yang diperintahkan untuk dilaksanakan atau
ditinggalkan. Jadi bukan termasuk sunnah.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Hadits
adalah segala sesuatu yang disandarkan (dimarfu’kan) kepada Nabi
Muhammad SAW, sedangkan segala sesuatu yang disandarkan kepada
para sahabat atau tabi’in tidak termasuk Al Hadits.
Sehingga Jumhuru’l Muhadditsin membagi Hadits berturut-turut sebagai
berikut:
a. Sunnah Qauliyah
b. Sunnah Fi’liyah
c. Sunnah Taqririyah
d. Sunnah Hammiyah.
Perbedaan pendapat tersebut disebabkan karena terpengaruh oleh
terbatas dan luasnya objek peninjauan mereka masing-masing. Dari sini
lahirlah perbedaan ta’rif hadits, baik ta’rif yang terbatas maupun ta’rif
yang lebih luas.
Ta’rif hadits yang terbatas sebagaimana diungkapkan oleh Al hafidh
dalam Syarah Al Bukhary, hadits menurut istilah adalah
ا وأ وأ
ا أ
10
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
“Segala ucapan Nabi, segala perbuatan Beliau dan segala keadaan
Beliau.”10
Ta’rif Hadits yang luas diungkapkan Muhammad Mahfuzh al
Tirmizi:
“Sesungguhnya hadits itu bukan hanya yang dimarfu’kan kepada
Nabi Muhammad SAW saja melainkan dapat pula disebutkan pada apa
yang mauquf (dinisbahkan pada perkataan dan sebagainya dari sahabat),
dan pada apa yang maqthu’ (dinisbahkan pada perkataan dan sebagainya
dari tab’iin)11
Dari perbedaan-perbedaan itulah maka sesuatu hadits yang sampai
kepada Nabi disebut Marfu, hadits yang sampai pada sahabat disebut
Mauquf, dan hadits yang sampai kepada tabi’in saja disebut Maqthu’
3. Istilah-istilah untuk Al-Hadits
Mayoritas Muhaditsin baik yang termasuk aliran modern maupun
yang termasuk aliran salaf (kuno), berpendapat bahwa istilah Al Hadits
murodif (sinonim) dengan Al-Khabar, Al-Atsar dan As-Sunnah walaupun
perbedaan itu tidak prinsipil.
a. Khabar
Khabar menurut bahasa berarti “warta berita yang disampaikan
dari seseorang kepada seseorang.” Jama’nya Akhbar.
Menurut istilah ahli hadits khabar adalah warta baik warta dari
Nabi maupun warta dari sahabat, ataupun warta dari tabi’in.
Ada yang berpendapat bahwa khabar dipakai untuk segala warta
yang diterima dari yang selain Nabi SAW, sehingga orang yang
10 Lihat Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, hlm. 26
11 Lihat Endang Soetari, Ilmu Hadits (Kajian Riwayah dan Dirayah), hlm. 4
11
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
meriwayatkan hadits disebut “muhaddits” dan orang yang meriwayatkan
sejarah dinamai “akhbary”.
Adapula yang mengatakan bahwa khabar lebih umum daripada
hadits. Semua yang diriwayatkan baik dari Nabi SAW atau dari selainnya
tergolong Khabar, sedangkan hadits khusus untuk yang diriwayatkan dari
Nabi SAW saja.
Ada juga yang mengatakan bahwa khabar dan hadits diithlaqkan
kepada yang sampai dari Nabi SAW saja, sedangkan yang diterima dari
sahabat dinamai Atsar.
b. Atsar
Atsar secara bahasa berarti “bekasan sesuatu” atau “sisa
sesuatu”, nukilan atau yang dinukilkan. Sehingga doa yang dinukilkan
dari Nabi SAW dinamai doa ma’tsur.
Menurut istilah Jumhur ulama sama artinya dengan khabar dan
hadits. Sehingga ahli hadits sama dengan atsary.
Fuqaha memakai perkataan “atsar” untuk perkataan-perkataan
ulama salaf, sahabat, tabi’in dan lain-lain.
Imam An Nawawy menerangkan bahwa fuqaha khurasan
menamai perkataan-perkataan sahabat (hadits mauquf) dengan atsar, dan
menamai hadits nabi dengan khabar. Tetapi pada umumnya para
muhadditsin menamai hadits nabi dan perkataan sahabat dengan atsar
juga.
c. Sunnah
Sunnah secara bahasa berarti jalan yang dijalani, terpuji atau
tidak. Jama’ dari kata sunnah adalah sunan.
Sunnah menurut istilah muhadditsin adalah “segala sesuatu yang
dinukilkan dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan maupun
12
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
berupa taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup baik yang
demikian itu sebelum Nabi SAW diangkat menjadi Rosul maupun
sesudahnya12
Dari pengertian inilah para muhadditsin menetapkan bahwa
sunnah murodif dengan hadits.
Sedangkan sunnah menurut ahli ushul fiqh ialah “segala sesuatu
yang dinukilkan dari Nabi SAW baik perkataan maupun perbuatan,
ataupun taqrir yang mempunyai hubungan dengan hukum.”
Makna inilah yang sesuai dengan perkataan Sunnah dalam hadits
Nabi yang berbunyi:
? 4 و = ب ا آ 9 6 ان ا
A 5 5
أ & 8 آ D
)J (روا 4 ر
“Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua perkara, sekali-kali kamu
tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepadanya, yakni
Kitabullah dan Sunnah RosulNya. (HR. Malik).
4. Macam-macam Ilmu Hadits
Secara garis besar ilmu hadits terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Ilmu Hadits Riwayah
Menurut Ibn al-Akfani, sebagaimana yang dikutip oleh Al-
Suyuthi, bahwa yang dimaksud Ilmu Hadis Riwayah adalah: Ilmu
Hadis yang khusus berhubungan dengan riwayah adalah ilmu yang
meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi saw dan
12 Hasbi Ash Shiddieqy,loc.cit. hlm27.
13
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
perbuatannya, serta periwayatannya, pencatatannya, dan penguraian
lafaz-lafaznya.13
Sedangkan pengertian menurut Muhammad 'ajjaj a-khathib
adalah: Yaitu ilmu yang membahas tentang pemindahan (periwayatan)
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, berupa perkataan,
perbuatan, taqrir (ketetapan atau pengakuan), sifat jasmaniah, atau
tingkah laku (akhlak) dengan cara yang teliti atau terperinci.14
Definisi yang hampir sama dikemukkan oleh Zhafar Ahmad ibn
Lathif al-Utsmani al-Tahanawi di dalam Qawa'id fi 'ulum al-Hadist, Ilmu
hadis yang khusus dengan riwayah adalah ilmu yang dapat diketahui dengan
perkataan, perbuatan dan keadaan Rasulullah saw serta periwayatan,
pencatatan, dan penguraian lafaz-lafaznya.15
Dari ketiga definisi di atas dapat dipahami bahwa Ilmu Hadis
Riwayah pada dasarnya adalah membahas tentang tata cara periwayatan,
pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadis Nabi saw.
Objek kajian ilmu Hadis Riwayah adalah Hadis Nabi saw dari segi
periwayatan dan pemeliharaannya. Hal tersebut mencakup:
- Cara periwayatan Hadis, baik dari segi cara penerimaan dan demikian
juga dari cara penyampaiannya dari seorang perawi ke perawi lain;
- Cara pemeliharaan Hadis, yaitu dalam bentuk penghafalan, penulisan,
dan pembukuannya.
13 Jalal al-din 'Abd al-Rahman Ibn Abu Bakar al-Suyuthi, Tadrib al-Rawi fi Syarh Taqrib al-Nawawi. Ed.
'Abdul Al-Wahhab' Abd al-Lathif (Madinah: Al-Maktabat al-'Ilmiyyah.cet kedua. 1392 H, h. 42
14 Lihat M.'Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), h.7.
15
Zhafar Ahmad ibn Lathif al-'Utsmani al- Tahanawi, Qawa 'id fi ' Ulum al-Hadist, Ed. 'Abdal-Fattah Abu
Ghuddah (Beirut: Maktabat al-Nahdhah,1984).h.22.
14
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
Dalam praktiknya, menurut Endang Soetari bahwa Ilmu Hadits
Riwayat membahas tentang periwayatan Hadits, yakni penerimaan Hadits,
pemeliharaan dalam hafalan, pengalaman dan tulisan-tulisan serta
penyampaiannya kepada orang lain baik secara lisan maupun tertulis. 16
Pengertian dari Endang Soetari inilah yang lebih mewakili
penjelasan ta’rif hadits riwayah:
&L ا او
او ! او "
4 و &
- = ا #
M$
%&'أ * ف

-
ه
و 9H$' و J دا
“Ilmu untuk mengetahui cara-cara penukilan (penerimaan), pemeliharaan,
pembukuan dan penyampaian Hadits dari apa-apa yang dinisbahkan kepada
Nabi Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan, taqrir dan lain
sebagainya.”
b. Ilmu Hadits Dirayah
Ibn al-Akfani memberikan Ilmu Hadis Dirayah sebagai berikut: Ilmu
Hadis yang khusus tentang Dirayah adalah ilmu yang bertujuan untuk
mengetahui hakikat riwayat, syarat-syarat, macam-macam, dan hukumhukumnya,
keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, jenis yang
diriwayatkan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. 17
Pengertian yang mudah dipahami adalah definisi yang diberikan oleh
Endang Soetari yakni:
&L ل و : ا ?/ داء و " وا * ا ?&/& وآ 5 وا D 6 ال ا ا رى D
ن ا
J دا
“Kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara
penerimaan dan penyampaian, sifat rawi dan lain sebagainya.”
16 Endang Soetari, Ilmu Hadits (Kajian Riwayah dan Dirayah), Bandung: Mimbar Pustaka.ctk. V. 2008 hlm.
13-14.
17
Lihat al-Suyuthi, Tadrb al-Rawi hlm. 40;
15
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
Penjelasan ta’rif Ilmu Dirayah di atas adalah Ilmu yang
membicarakan kaidah tentang keadaan matan yang diriwayatkan, hal ihwal
rawi, baik perawi penyampai maupun perawi penerima, yang tercatat pada
sanad serta keadaan sanadnya dalam keadaan bersambung atau tidak. Dari
sinilah dapat ditentukan kualitas hadits tersebut apakah maqbul (diterima)
atau mardud (ditolak) untuk dijadikan hujjah dan pedoman beramal dalam
pelaksanaan Syari’at Islam.18
Syarat-syarat riwayat, yaitu penerimaan para perawi terhadap apa yang
diriwayatkannya dengan menggunakan cara-cara tertentu dalam penerimaan
riwayat (cara-cara tahammul al-Hadits), seperti:
- sama' (perawi mendengarkan langsung bacaan Hadis dari seorang guru),
- qira'ah (murid membacakan catatan Hadis dari gurunya di hadapan guru
tersebut),
- ijazah (memberi izin kepada seseorang untuk meriwayatkan suatu Hadis dari
seorang ulama tanpa dibacakan sebelumnya), kepada seorang untuk
diriwayatkan),
- kitabah (menuliskan Hadis untuk seseorang),
- munawalah, (menyerahkan suatu hadis yang tertulis kepada seseorang untuk
diriwayatkan),
- i'lam (memberitahu seseorang bahwa Hadits-Hadits tertentu adalah
koleksinya),
- washiyyat (mewasiatkan kepada seseorang koleksi hadis yang dikoleksinya),
- dan wajadah (mendapatkan koleksi tertentu tentang Hadis dari seorang guru).
- Muttashil, yaitu periwayatan yang bersambung mulai dari perawi pertama
sampai perawi terakhir,
- atau munqathi', yaitu periwayatan yang terputus, baik di awal, di tengah,
ataupun di akhir, dan lainnya.
18 Endang Seotari, op cit. Hlm. 14
16
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
Hukum riwayat, adalah al-qabul, yaitu diterimanya suatu riwayat
karena telah memenuhi persyaratan tertentu, dan al-radd, yaitu ditolak, karena
adanya persyaratan tertentu yang tidak terpenuhi.
Keadaan para perawi, maksudnya adalah, keadaan mereka dari segi
keadilan mereka (al'adalah) dan ketidakadilan mereka (al-jarh). Syarat-syarat
mereka, yaitu syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang perawi ketika
mereka menerima riwayat (syarat-syarat pada tahammul) dan syarat ketika
menyampaikan riwayat (syarat pada al-adda').
Jenis yang diriwayatkan (ashnaf al-marwiyyat), adalah penulisan
Hadits di dalam kitab al-musnad, al-mu'jam, atau al-ajza' dan lainnya dari
jenis-jenis kitab yang menghimpun Hadis Nabi saw.
Objek kajian atau pokok bahasan Ilmu Hadis Dirayah ini, berdasarkan
definisi di atas, adalah sanad dan matan Hadits.
Tujuan dan urgensi Ilmu Hadis Dirayah adalah untuk mengetahui dan
menetapkan Hadits-Hadits yang maqbul (yang dapat diterima sebagai dalil
atau untuk diamalkan) dan yang mardud (yang ditolak).
Ilmu Hadis Dirayah inilah yang pada masa selanjutnya secara umum
dikenal dengan Ulumul Hadits, mushthalah al-Hadits, atau Ushul al-Hadits.
Keseluruhan nama-nama di atas, meskipun bervariasi, namun mempunyai arti
dan tujuan yang sama, yaitu ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah
untuk mengetaui keadaan perawi (sanad) dan marwi (matan) suatu Hadits,
dari segi diterima dan ditolaknya.
C. Penutup
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penjelasan ta’rif
istilah hadits adalah sebagai berikut:
1. Makna hadits secara etimolog adalah warta, berita, informasi. Bentuk
Jama’ dari kata hadits adalah ‘ahadits’. Kata hadits memiliki murodif
17
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
dengan kata khabar, atsar ataupun sunnah. Walaupun dalam
pemakaiannya sedikit berbeda, dan perbedaan ini tidak prinsipil.
Menyikapi perbedaan ini kita kenal dalam Bahasa Indonesia dengan
istilah makna leksikal dan makna gramatikal. Bahwa dalam makna
leksikal boleh jadi sebuah kata memiliki sinonim lebih dari satu, namun
dalam makna gramatikal akan mengalami perbedaan makna.
2. Adapun makna hadits secara terminolog, terdapat beberapa perbedaan
antara ulama baik ulama ushul hadits maupun jumhuru’l muhaddtsin.
Dari perbedaan tersebut dapat digarisbawahi bahwa pengertian ‘hadits’
secara terbatas adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW baik perkataan, perbuatan, penetapan ataupun
himmahnya. Dari sini lahirlah istilah-istilah:
a) Sunnah Qauliyah
b) Sunnah Fi’liyah
c) Sunnah Taqririyah
d) Sunnah Hammiyah.
Ta’rif al-Hadits yang luas, tidak hanya mencakup sesuatu yang
dimarfu’kan kepada Nabi Muhammad SAW saja, tetapi juga perkataan,
perbuatan dan taqrir yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in pun
disebut Al Hadits. Jadi ta’rif Al Hadits adalah meliputi segala berita yang
marfu’, mauquf (disandarkan kepada sahabat) dan maqthu’ (disandarkan
kepada tabi’in).
3. Dalam perkembangannya ilmu hadits terbagi menjadi dua yaitu:
a) Ilmu Hadits Riwayah; yaitu ilmu hadits tentang penukilan dan
periwayatan hadits yang disandarkan kepada Rosulullah SAW, baik
dari segi ucapan-ucapan yang disabdakan, perbuatan-perbuatan yang
dikerjakan, atau penetapannya (dalam arti Rosul melihat suatu
18
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
perbuatan tapi mendiamkan), atau sifat-sifatnya (sifat-sifat, kelakuan
dan perilaku beliau SAW sebelum dan sesudah menjadi Nabi/Rosul),
atau penukilan hadits yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in.
Objek Pembahasan Ilmu Riwayah; adalah pribadi Rosulullah SAW
ditinjau dari segi perkataan, perbuatan dan ketetapan beliau.
b) Ilmu Hadits Dirayah; Ilmu Hadits ini populer dengan sebutan
Mustholahul Hadits atau Ilmu Ushulul Hadits. Ilmu ini mempelajari
tentang keadaan sanad dan matan dengan qonun-qonun tertentu dari
segi maqbul dan mardudnya.
Objek Pembahasan Ilmu Dirayah adalah pribadi rowi, sanad, matan
dan riwayatnya, dari segi maqbul dan mardudnya.
Demikian, semoga makalah ini bisa memberi gambaran tentang Ta’rif
Istilah Hadits, untuk membuka wacana dan mengantarkan lebih lanjut tentang
ulumul hadits.
Daftar Pustaka
Departemen Agama Republik Indonesia. Alqur’an dan Terjemahnya. Semarang:
Toha Putra. 1989.
Endang Soetari, Ilmu Hadits (Kajian Riwayah dan Dirayah). Bandung: Mimbar
Pustaka Ctk. V. 2008
Fathur Rahman. Ikhtisar Mustholahu’l Hadits. Bandung: AlMa’arif. Cetakan IV
1985.
19
abdulmufid.bogor256@yahoo.com
Jalal al-din 'Abd al-Rahman Ibn Abu Bakar al-Suyuthi, Tadrib al-Rawi fi Syarh
Taqrib al-Nawawi. Ed. 'Abdul Al-Wahhab' Abd al-Lathif (Madinah: Al-
Maktabat al-'Ilmiyyah.cet kedua.1972
Muhammad Mahfudh At-Tarmusy. Manhaj Dzawin-Nadhar. Surabaya: Maktabah
Nabhaniyah.
Muhammad ‘Ajjaj Al-Khatib. Ulumul Haditswa ‘ulumuhu. Cairo
M. Hasbi Ash Shiddiey. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta: Bulan
Bintang. 1991.
______________. Ulumul Hadits. Yogyakarta: Sumbangsih
______________. Pokok-pokok Ilmu Diroyatul Hadits. Jakarta: Bulan Bintang.
Sayyid Muhammad Bin Alwi Al-Maliki Al-Husaini. Kaidah-kaidah Dasar dalam
Ilmu Hadits Mustholah Hadits. Surabaya: Nun. 1399 H.
Zhafar Ahmad ibn Lathif al-'Utsmani al- Tahanawi, Qawa 'id fi ' Ulum al-Hadist,
Ed. 'Abdal-Fattah Abu Ghuddah (Beirut: Maktabat al-Nahdhah, 1984.

Sabtu, 27 November 2010

Metamorfosis oleh Ihat Solihat

Sahabat....
Sudah manginjak minggu keempat, kita menapakan kaki di Pps ini, banyak hal yang kita kaji dan kita pelajari, baik dari dosen, buku atau dari sesama teman. Kita juga semakin menyadari bahwa selama ini kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Melalui pembelajaran di PPS ini, kita digodok menjadi insan-insan baru yang lebih bisa menghayati arti kehidupan,menghayati peran dan fungsi kita sebagai manusia,baik sebagai "abd" maupun sebagai "khalifah".
Sahabat.....
Seekor ulat - yang menjijikan - akan berubah menjadi kupu-kupu nan indah berjuta warna melalui proses metamorfosis yang dilaluinya. Kita juga menginginkan hal serupa menimpa kita, kita yang selama ini bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa menjadi insan-insan yang lebih..di hadapan-Nya. Sepertinya muluk-muluk atau 'tamanni', tapi menginginkan sesuatu yang positif, jauh lebih baik daripada pesimis atau bahkan putus asa bukan ?
Sahabat....
Metamorfosis yang kita lalui tidak akan sempurna, apabila struktur yang hendak kita ubah tidak dibarengi dengan perubahan kultur. Kultur yang selama ini membelenggu sebagian besar dari kita, misalnya malas, apriori terhadap perubahan yang ada, tidak sensitif dan sebagainya.
Sahabat....
Tulisan mudah-mudahan menjadi inspirasi untuk kita semua, untuk kita yang menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik, dan lebih baik lagi...Semoga....

Jumat, 26 November 2010

Tugas Presentasi Mahasiswa kelas A

Mahasiswa Tiarap
Assalamu'alakum war. Wab.
Teman-teman pasca yang dirahmati Allah,jangan lupa makalah untuk hari senin, selasa dan rabu di uploud ke website ini, agar pada hari senin tinggal presentasi. tanks.
Syukran kasiran.
Wsassalam
kosma

Senin, 22 November 2010

Learning Society

Bismillahirrahmanirrahii....
Bapak sama Ibu rekan-rekan pasca...Saya sedang belajr menulis, mungkin tulisannya tidak bernilai, tapi mudah-mudahan ada manfaatnya.
Learning Society adalah istilah turunan dari civil society,atau masyarakat madani, masyarakat yang mempunyai karakter-karakter positif yang diharapkan dapat menjawab segala macam masalah yang melanda negeri ini. Learning Society adalah masyarakat yang belajar, atau dengan kata lain pendidikan atau pembelajaran bukan hanya mutlak tanggungjawab sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, melainkan juga tanggungjawab keluarga dan masyarakat secara umum.
Dengan learning Society diharapkan masyarakat dapat meningkatkan mutu kehidupannya melalui pendidikan, dan pembelajaran. Unsur yang ada dalam learning society adalah keluarga dan masyarakat. Prndidikan dalam keluarga sangat penting karena di lingkungan keluargalah masyarakat hidup, tinggal dan menghabiskan waktunya. Di lingkungan masyarakat peserta didik juga bergaul, berinteraksi, dengan kata lain masyarakat adalah rumah kedua.
Sebetulnya masih banyak hal-hal yang berkaitan dengan learning society, mdh-mudahan dapat dikembangkan nanti.....
Alhamdulillahirobbil A'lamiin