Rabu, 22 Desember 2010

Berbagi tidak berharap kembali

Berbagi tidak berharap kembali
Berbagi ilmu dan berkarya dalam pendidikan akan jauh bermanfaat dibandingkan dengan banyak bicara tanpa bukti apalagi memperdebatkan sesuatu yang tidak banyak bermanfaat bagi masyarakat.Kita bisa berkaca kepada para ilmuwan muslim bahkan ilmuawan Barat siapapun yang telah berjasa menemukan teori-teori ilmu pengetahuan yang aplikatif dalam bidang ilmu. Seperti Al Gozali, Imam Syafi'i, As- Suyuti, Imam Malik, Ibnu Sina, Thomas Alfa Edison dsb, mereka tidak pernah membayangkan karya-karya mereka akan dibaca 15 abad kemudian dan masih relevan dengan kekinian.
Sebagai seorang guru yang profesional, segala ide-ide yang brilian coba tuliskan dalam karya-karya baik di internet, hardcopy seperti buku, majalah, buletin yang akan banyak dikunjungi orang. Para tokoh pemenang hadiah nobel di  dunia tidak pernah bercita-cita perjuangan dalam bidang perdamaian, kemanusian,pendidikan dengan target mendapat hadiah nobel, tetapi lebih mulia yaitu menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan berbagi ilmu kepada orang lain secara universal dan egaliter.
Dunia saat ini selalu kapitalis, dimana segala karya ingin selalu dihargai dalam bentuk uang. Penghargaan dalam bentuk finansial itu merupakan imbas bukan tujuan. Contoh rame-rame pemerintah memberikan bantuan sertifikasi untuk guru harus difahami itu bukan tujuan berkarya dan penghargaan tetapi merupakan sebuah imbas sertifikasi yang dimiliki sebagai tenaga guru yang profesional. Jika itu menjadi tujuan  merupakan penyimpangan ( deviasi) dari sebuah kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan Dosen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar